Religiusitas Masih Menjadi Faktor Pertimbangan Utama dalam Pemilihan Umum

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Scott Clifford dari University of Houston Department of Political Science dan Benjamin Gaskins dari Lewis & Clark College menemukan bahwa peserta pemilu yang tampil religius dinilai lebih baik dan lebih terpercaya. Identifikasi religiusitas peserta pemilu mencerminkan adanya bias yang kuat dan menyebar namun tidak disadari secara langsung oleh masyarakat Amerika Serikat dibandingkan dengan peserta pemilu non-religius.

 

Penelitian ini berdasarkan data dari survei nasional menunjukkan tantangan-tantangan yang dihadapi peserta pemilu non religius dalam merebut kursi kemenangan. Peserta pemilu yang non-religius tentu lebih sulit dan menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan peserta pemilu yang religius di Amerika Serikat. Peserta pemilu yang terlihat religius oleh pemilih meningkatkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.

 

Hal ini kemudian tidak jauh berbeda jika kita berkaca di pemilu Indonesia. Tokoh yang dinilai religius akan mendapatkan perhatian dan kepercayaan yang lebih tinggi oleh masyarakat dibandingkan tokoh yang non-religius. Lembaga Survei KedaiKOPI telah melakukan survei nasional pada bulan Maret 2018 lalu di 34 Provinsi mengenai faktor pertimbangan pemimpin yang akan dipilih masyarakat pada kontestasi pemilu.

 

Pada survei dengan Margin Of Error (MOE) +/- 2,97%, ditemukan bahwa salah satu faktor pertimbangan masyarakat dalam memilih calon presiden / calon wakil presiden adalah agama (10,0%) yang menempati posisi kedua. Sedangkan lainnya adalah dapat bekerja sama dengan presiden (11,5%), merakyat (8,3%), pintar (7,4%), jujur (7,1%), tegas (4,2%), kinerja (3,5%), berpengalaman (3,1%), anti korupsi (2,7%), baik (2,6%), kerja keras (2,4%), program kerja (2,2%), visi sama dengan presiden (2,1%), usia (1,9%), bisa bekerjasama (1,9%), latar belakang (1,5%), dikenal (1,4%), kemampuan (1,4%), militer (1,2%), tokoh (1,2%), sukses bijaksana (1,1%), lainnya (10,4%).

 

Selain itu survei ini juga menemukan bahwa salah satu latar belakang presiden yang diinginkan oleh masyarakat adalah sosok yang memiliki latar belakang agama yakni seorang ulama ((8,6%), menempati posisi ke-empat. Sedangkan latar belakang presiden yang diinginkan lainnya adalah militer (35,5%), pemimpin daerah (18,3%), pengusaha (9,5%), akademisi (7,9%), birokrat (4,9%), petinggi parpol (4,3%), pemuka adat (0,4%), dokter (0,3%), lainnya (10,3%).