Sensus Ekonomi 2016: Transportasi Tradisional di Jatim Semakin Terpinggirkan

SURABAYA — Hasil Sensus Ekonomi 2016 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur menunjukkan adanya pergeseran transportasi dan produk tradisional. Kedua sektor tersebut diketahui semakin berkurang jumlahnya.

Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, mengatakan jumlah usaha di Jatim berdasarkan hasil Sensus Ekonomi pertengahan tahun lalu menghasilkan angka 4,67 juta usaha. Usaha-usaha tersebut di luar di sektor pertanian, mulai dari pertambangan, industri, konstruksi, penyediaan akomodasi makan minum, perbankan, keuangan dan lain sebagainya. Pertambahan jumlah usaha mencapai 10,94 persen dibandingkan hasil Sensus Ekonomi 2006 yang mencatat sebanyak 4,21 usaha.

 

“Ada pertambahan hampir 11 persen. Kalau kita lihat proporsi dari penduduk kewilayahan 11 persen ini sudah lumayan bagus dengan jumlah penduduk kita yang sangat banyak ada 40 juta,” kata Teguh, Rabu (24/5).

 

Teguh menjelaskan hasil Sensus Ekonomi 2016 menunjukkan jumlah usaha menurut lapangan usaha didominasi oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran sebanyak 2,08 juta usaha atau 44,58 persen dari seluruh usaha di Jatim. 

 

Jenis usaha ini juga mencatatkan jumlah tenaga kerja terbanyak mencapai 4,30 juta tenaga kerja atau 29,98 persen dari seluruh tenaga kerja di Jatim. “Wajar penduduk kita makin banyak tentu yang bekerja di sektor itu makin besar,” ujar Teguh.

 

Meski demikian, jumlah usaha di sektor lain tercatat agak menurun. Misalnya sektor transportasi, moda transportasi tradisional seperti becak hampir tidak ada yang memanfaatkan. 

 

Hal itu dipengaruhi perkembangan teknologi dan fasilitas perbankan yang memberikan kredit murah kendaraan bermotor. Sehingga mendorong angka pembelian kendaraan bermotor secara signifikan.

 

“Kami mendata semua moda transportasi baik bermesin atau tidak. Teman-teman di lapangan menemukan kondisi Surabaya tahun 2006 masih banyak becak sekarang sudah sepi. Dulu ada ratusan pangkalan becak sekarang sudah sangat berkurang,” paparnya.

 

Di samping itu, beberapa usaha atau aktivitas produksi barang-barang tradisional sudah mulai hilang. Teguh mencontohkan produk tikar pandan dan kukusan untuk menanak nasi sudah mulai sulit dicari. Sebab, kebanyakan masyarakat lebih memilih memasak menggunakan rice cooker.

 

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/05/25/oqidiq383-sensus-ekonomi-2016-transportasi-tradisional-di-jatim-semakin-terpinggirkan

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *