Hendri Satrio: Media Sosial Adalah Momentum Baik Bagi Kaum Muda

Jakarta, 20 Mei 2022. Hadirnya media sosial merupakan salah satu momentum terbaik bagi anak muda. Hendri Satrio sepakat bahwa media sosial menyediakan banyak hal yang manusia butuhkan. Selain itu media sosial menurut Hendri adalah media yang memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang kaum muda suka. Media sosial menyediakan banyak hal yang manusia butuhkan. Hendri menjelaskan banyak hal yang bisa dieksplorasi dari media sosial dan dalam setiap kesempatannya terdapat momentum yang bisa dimanfaatkan oleh kaum muda untuk melesatkan karir mereka. Keterangan tersebut disampaikan Hendri di forum Dialog Psikologi Nusantara (20/05).

Mengenai hubungan momentum dengan karir seseorang, menurut Hendri hal tersebut tidak hanya berfungsi pada seorang politisi, namun bisa juga hadir bagi kalangan profesional. “Justru biasanya, sebuah momentum akan terasa setelah momentum tersebut terlewat.” Hendri mengingatkan kepada kaum milenial agar dapat merasakan dan memanfaatkan setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya agar kesempatan tersebut dapat menjadi sebuah momentum yang baik.

Di sisi lain, media sosial bagi Hendri adalah selayaknya pedang bermata dua. “Jangan sampai menjadikan media sosial hanya sebagai media pencitraan, media sosial kalau sampai salah digunakan dapat menjadi boomerang yang menyebabkan kerugian di masa yang akan datang,” ujar Hendri. Dirinya pun memberikan perhatian khusus pada peraturan yang mengatur perlindungan data pribadi yang menurutnya tidak kunjung rampung hingga saat ini. Hendri mengatakan lebih baik apabila perlindunan data pribadi ditangani langsung oleh komisi dan bukan oleh pemerintah. Alasannya terdapat trust issue yang dinilai kurang kepada pemerintah bila data pribadi masyarakat dipegang oleh pemerintah.

Selain data pribadi, Hendri mengatakan masih terdapat kekurangan dari media sosial, Media sosial terkenal dengan adanya jarak yang tercipta antara satu orang dengan orang yang lain. Bagi Hendri media sosial gagal untuk mengenalkan orang secara keseluruhannya. Banyak bias yang terjadi apabila kita mengenal seseorang hanya melalui media sosial, sehingga ungkapan tak kenal maka tak sayang, menurut Hendri hanya akan terjadi bila seseorang tersebut saling mengenal secara langsung, dan bukan dari media sosial. Sebagai contoh dalam hal elektabilitas politisi yang sebetulnya aktif di media sosial. Hendri menjelaskan bahwa dari hasil disertasinya aktivitas media sosial bagi politisi hanya memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap elektabilitas politisi tersebut.

Bestian Nainggolan pada kesempatan yang sama membedah isi dari buku MOMENTUM karya Hendri Satrio. Hendri, di dalam kajiannya, dapat memformulasikan antara karir politik atau profesional lainnya dengan momentum. Dirinya memuji temuan Hendri yang berhasil memediasi antara fariabel-fariabel kepemimpinan, pengalaman berbisnis, maupun modal sosial dengan momentum, dan yang menariknya di antara fariabel tersebut justru momentum lah yang dinilai menjadi faktor yang determinan dalam pengembangan karir seseorang.

Selain itu Bestian mengapresiasi kerja keras Hendri yang telah menantang 26 hasil penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif dan dikonfirmasi melalui permodelan yang Hendri bentuk sendiri. Dan yang luar biasa adalah di dalam buku ini Hendri telah menjabarkannya dengan bahasa yang menarik namun tidak melupakan kekuatan dan kualitas isinya.

Dari sisi psikologi, Yosef Dedy Pradipto menjelaskan bahwa milenial atau kaum muda mengingatkan kita semua untuk menjadi pribadi yang jujur dan jernih yang dibenamkan nilai-nilainya dari keluarga. Bagi Yosef melalui sosial media, milenial bisa memanfaatkannya untuk menyampaikan nilai-nilai tersebut kepada dunia. Harapannya agar generasi masa depan memiliki integritas dan nilai budi yang luhur untuk menjadi generasi penerus bangsa.

Dialog Psikologi Nasional diselenggarakan secara hibrid oleh Jurusan Psikologi Bina Nusantara University. Acara ini dihadiri oleh analis komunikasi politik Hendri Satrio, peneliti senior Litbang Kompas Bestian Nainggolan, dan LS Jurusan Psikologi BINUS University Yosef Dedy Pradipto.