Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2018
Senin (01/10), BPS (Badan Pusat Statistik) merilis laporan perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi di Indonesia untuk bulan September 2018. Berdasarkan laporan tersebut, terjadi deflasi sebesar 0,18 persen dan inflasi sebesar 1,94 persen terhitung dari bulan Januari hingga September 2018. Terjadi deflasi di sebanyak 66 kota dari 82 kota IHK, dan inflasi di sebanyak 16 kota.
Pare-pare adalah kota dengan tingkat deflasi tertinggi yang mencapai hingga 1,59 persen dengan IHK sebesar 127,39. Sementara Tegal, Singkawang, Samarinda, dan Ternate adalah kota-kota yang memiliki tingkat inflasi paling rendah yakni masing-masing sebesar 0,01 persen dengan dan terendah terjadi di Tegal, Singkawang, Samarinda, dan Ternate masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 129,95; 137,13; 137,45; dan 136,70.
Sementara inflasi, Bengkulu merupakan kota dengan tingkat inflasi tertinggi yakni sebesar 0,59 persen dengan IHK sebesar 142,79. Untuk kota dengan inflasi paling rendah adalah kota Bungo yakni sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 131,25.
Deflasi dan inflasi ini kemudian terjadi disebabkan oleh tujuh elemen dari kelompok pengeluaran yakni: bahan makanan; makanan jadi; perumahan; sandang; kesehatan; pendidikan; serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Kelompok yang memiliki pengaruh terhadap deflasi adalah kelompok bahan makanan yakni sebesar 1,62 persen, serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks dan memiliki pengaruh terhadap inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,29 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,21 persen; kelompok sandang sebesar 0,27 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,41 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,54 persen.
Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik)