Distribusi Hoax di Media Sosial 2018

Karakter masyarakat Indonesia dinilai belum terbiasa untuk berpendapat atau berdemokrasi secara sehat merupakan faktor utama yang menyebabkan hoax mudah tersebar. Dampak dari menyebarnya hoax ini adalah dapat mengacaukan masyarakat, baik di dunia siber mauapun di kehidupan nyata. Kesimpulan ini disampaikan oleh Vibriza Juliswara dalam sebuah tulisan jurnal yang berjudul “Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial”.

Di tahun politik seperti sekarang ini, hoax memiliki dampak yang cukup serius. Banyak oknum yang secara sengaja memanfaatkan hoax untuk menjadi senjata perang.

Perkembangan teknologi modern di satu sisi memberikan dampak positif untuk menyebarkan informasi ke khayalak luas secara cepat. Internet adalah salah satu terobosan yang mempermudah komunikasi dan penyebaran informasi tersebut hanya dengan melakukan satu “klik”. Media siber kemudian mulai bermunculan dengan adanya internet ini.

Proses pemberitaan di media siber pada dasarnya tidak sama dengan media cetak. Ini dikarenakan media siber yang memiliki basis internet, tentu dituntut untuk lebih cepat dibandingkan dengan media cetak.

Namun di satu sisi, cepatnya penyebaran informasi tersebut juga menimbulkan dampak negatif, yakni dengan meluasnya penyebaran hoax.

Pemerintah Indonesia sendiri telah berupaya untuk menanggulangi persebaran hoax dengan cara membentuk regulasi yakni UU ITE. Sedangkan untuk para pengembang platform, upaya mereka adalah dengan menyediakan fitur penyaringan dan pelaporan berita. Contoh dari platform yang menyediakan fitur tersebut adalah WhatsApp yang dalam beberapa waktu terakhir membatasi fitu Forward.

Sebuah media teknologi, DailySocial, melansir laporan persebaran hoax berdasarkan sudut pandang penggunaan platform di tahun 2018. DailySocial berkerja sama dengan Jakpat Mobile Survey Platform melakukan survei terhadap 2032 responden yang merupakan pengguna smartphone di berbagai penjuru Indonesia tentang sebaran hoax dan apa yang dilakukan saat menerima hoax.

Survei tersebut kemudian menghasilkan beberapa temuan yakni sebagai berikut:

  1. Informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%).
  2. Sebagian besar responden (44,19%) tidak yakin memiliki kepiawaian dalam mendeteksi berita hoax.
  3. Mayoritas responden (51,03%) dari responden memilih untuk berdiam diri (dan tidak percaya dengan informasi) ketika menemui hoax.

Sumber:

Vibriza Juliswara. 2017. “Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial”. Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol, 4 No, 2.

DailySocial.id. Laporan DailySocial: Distribusi Hoax di Media Sosial 2018. Diakses melalui, https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-media-sosial-2018, Pada 5 Oktober 2018, Pukul 16.13 WIB.

Upaya-Upaya Menyelamatkan Diri dari Tsunami

Sebagai salah satu negara negara yang berada di jalur Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire), Indonesia kerapa kali dilanda oleh bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Di tahun 2018, Indonesia mengalami cukup banyak bencana gempa bumi dan gunung meletus.

Gempa bumi yang baru saja terjadi di akhir september lalu (28/08) adalah gempa bumi di Sulawesi Tengah yakni di Palu, Donggala, dan Mamuju yang kemudian disusul oleh gelombang tsunami. Bencana alam tersebut menelan ribuan korban jiwa dan ratusan korban luka parah serta korban hilang.

Dibutuhkan adanya pemahaman bagi masyarakat dalam upaya menyelematkan diri dari gempa bumi dan tsunami. Berikut merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menyelamatkan diri dari bencana gempa bumi dan tsunami.

  1. Waspadai Bila Gempa Bumi Terjadi

Para ahli mengungkapkan, biasanya gempa bumi yang sanggup memicu tsunami berkekuatan di atas 6 skala richter (SR). Meskipun begitu, ada baiknya kita tetap mewaspadai ketika terjadi gempa. Segera keluar dari rumah—bangunan—dan mencari area terbuka dapat menghindarkan kita dari tertimpa reruntuhan bangunan. Lalu, segeralah mencari informasi perihal apakah gempa yang terjadi mengakibatkan tsunami dengan tetap tenang.

  1. Waspadai Air Laut yang Surut

Bila gempa bumi menyurutkan air laut, bisa dipastikan gempa tersebut mengakibatkan tsunami. Namun, belajar dari pengalaman tsunami Aceh 2004, banyak yang belum mengetahui hal tersebut. Banyaknya orang yang berduyun datang ke pantai untuk melihat fenomena aneh surutnya laut, sehingga  mengakibatkan sejumlah korban meninggal.

  1. Cari Daratan Tinggi

Gelombang tsunami akan menerjang daratan dengan cepat dengan ketinggian air lebih dari 10 meter. Maka, pergilah ke tempat-tempat yang lebih tinggi dari gelombang tersebut. Apabila di dekat Anda ada wilayah perbukitan, segeralah menuju ke sana.

  1. Pohon Kelapa dan Upaya Penyelamatan Diri

Dari pengalaman tsunami Aceh 2004 silam, ditemukan banyak pohon kelapa yang tidak tumbang diterjang gelombang, sementara bangunan porak poranda. Banyak deret pohon itu masih berderet tegak menatap ke arah kelam yang disisakan gelombang. Dan, belajar dari pengalaman lalu, apabila dalam kondisi terdesak, segeralah mencari pohon kelapa dan panjat hingga ke puncaknya.

  1. Jangan Mengurung Diri di Dalam Mobil

Meskipun mobil dapat mengapung pada gelombang. Namun, air dapat masuk di celah-celahnya. Mengurung diri di dalam mobil merupakan pilihan yang salah. Jauh lebih baik Anda keluar dari mobil dan mendaki ke tempat tinggi. Namun, apabila sudah tidak memungkinkan, raihlah benda-benda yang bisa mengapung, seperti perahu karet, sampan, atau kayu-kayu.

Sumber:

Disasterchannel.co

 

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2018

Senin (01/10), BPS (Badan Pusat Statistik) merilis laporan perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi di Indonesia untuk bulan September 2018. Berdasarkan laporan tersebut, terjadi deflasi sebesar 0,18 persen dan inflasi sebesar 1,94 persen terhitung dari bulan Januari hingga September 2018. Terjadi deflasi di sebanyak 66 kota dari 82 kota IHK, dan inflasi di sebanyak 16 kota.

Pare-pare adalah kota dengan tingkat deflasi tertinggi yang mencapai hingga 1,59 persen dengan IHK sebesar 127,39. Sementara Tegal, Singkawang, Samarinda, dan Ternate adalah kota-kota yang memiliki tingkat inflasi paling rendah yakni masing-masing sebesar 0,01 persen dengan dan terendah terjadi di Tegal, Singkawang, Samarinda, dan Ternate masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 129,95; 137,13; 137,45; dan 136,70.

Sementara inflasi, Bengkulu merupakan kota dengan tingkat inflasi tertinggi yakni sebesar 0,59 persen dengan IHK sebesar 142,79. Untuk kota dengan inflasi paling rendah adalah kota Bungo yakni sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 131,25.

Deflasi dan inflasi ini kemudian terjadi disebabkan oleh tujuh elemen dari kelompok pengeluaran yakni: bahan makanan; makanan jadi; perumahan; sandang; kesehatan; pendidikan; serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Kelompok yang memiliki pengaruh terhadap deflasi adalah kelompok bahan makanan yakni sebesar 1,62 persen, serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks dan memiliki pengaruh terhadap inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,29 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,21 persen; kelompok sandang sebesar 0,27 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,41 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,54 persen.

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik)