31 Agustus 2016
Pasca Pemanggilan Ahok oleh KPK, Nama Susi Pudjiastuti di Bursa Cagub Jakarta dan Kemacetan Pasca Tidak Diberlakukannya 3 in 1
Jakarta, 24 April 2016. Lembaga Survei KedaiKopi (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) meluncurkan hasil survei terbaru tentang isu terbaru yang ada di Ibukota. “Kami laksanakan survei tatap muka ini tanggal 18-21 April 2016. Survei ini untuk memantau tren isu Pilgub Jakarta pasca pemanggilan Basuki Tjahaja Purnama sebagai saksi oleh KPK dan tren opini publik pasca tidak diberlakukannya 3 in 1 di Jakarta,” kata Hendri Satrio, juru bicara KedaiKOPI (24/4).
Pasca Ahok dipanggil KPK ada fluktuasi elektabilitas yang diperoleh Ahok. Hal ini didapat dari berbagai sumber yang pernah mempublikasi elektabilitas Ahok. Elektabilitas Ahok pada Januari 2016 adalah 43,25%, pada Pebruari 2016 terjadi peningkatan menjadi 43,5%, Maret 2016 meningkat tajam menjadi 51,80% dan April 2016 pasca pemanggilan oleh KPK elektabilitasnya kembali melorot menjadi 45,50%.
Mayoritas responden berpendapat Ahok tidak terlibat kasus Rumah Sakit Sumber Waras (34,8%) dan kasus suap Reklamasi Pantai Utara Jakarta (36,5%). Sebanyak 68,3% reponden mengetahui pemanggilan Ahok oleh KPK yang berujung pada pendapat responden tentang keputusan responden dalam memilih Ahok dalam Pilgub Jakarta mendatang.
Pasca pemanggilan Ahok oleh KPK, ada 34,5% responden menyatakan mantab memilih Basuki Tjahaja Purnama. Sementara 30% menyatakan ragu-ragu dan 16,5% menyatakan tidak akan memilih Basuki Tjahaja Purnama pada Pilgub Jakarta mendatang. Bila dibandingkan dengan Pebruari 2016 lalu, kepuasan publik terhadap kinerja petahana sedikit menurun dari 71,2% menjadi 68,5% yang berimbas pada ketidakpuasan yang sedikit meningkat dari 26,8% menjadi 28,5%.
Popularitas Ahok walaupun masih paling tinggi sebagai Cagub Jakarta 2017 secara tidak terduga tersaingi oleh Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan yang namanya banyak diguncingkan sebagai sosok Cagub Jakarta yang mampu menyaingi Ahok dari sisi popularitas dan elektabilitas. Kendati belum ada pihak yang mengajukan Susi sebagai Cagub Jakarta namun kehadirannya dapat menambah tensi persaingan menuju DKI 1.
Walaupun masih sebatas diperguncingkan akseptabilitas Susi Pudjiastuti sudah menempati urutan pertama (74,5%) melewati Ahok diurutan kedua (69,6%). Nama baru lainnya yang juga memiliki akseptabilitas cukup tinggi adalah mantan Panglima TNI Moeldoko (47,2%) dan wartawan senior Teguh Santosa (47,1%).
Untuk elektabilitas Ahok masih menempati urutan teratas dengan 45,5% jauh meninggalkan para pesaingnya. Kendati paling tinggi, elektabilitas Ahok masih belum aman karena masih dibawah 50% + 1.
Terkait dengan kepercayaan lembaga yang banyak diperbincangkan masyarakat tentang seputar isu di Jakarta akhir-akhir ini, KPK masih memegang tingkat kepercayaan tertinggi dari responden (79,5%). Selanjutnya kepercayaan masyarakat kepada Gubernur (73,5%), BPK (67,8%), KPUD (62,8%) dan DPRD Jakarta (48,3%).
Urutan popularitas versi Lembaga Survei KedaiKOPI adalah Basuki Tjahaja Purnama, Ahmad Dhani, Yusril Ihza, Susi Pudjiastuti, Abraham Lunggana, Adhyaksa Dault, Djarot Syaiful Hidayat, Sandiaga Uno, Moeldoko, M. Idrus, Marco Kusumawijaya dan Teguh Santosa.
Urutan akseptabilitas versi Lembaga Survei KedaiKOPI adalah Susi Pudjiastuti, Basuki Tjahaja Purnama, Yusril Ihza, Sandiaga Uno, Djarot Syaiful Hidayat, M. Idrus, Moeldoko, Teguh Santosa, Adhyaksa Dault, Marco Kusumawijaya, Abraham Lunggana dan Ahmad Dhani.
Urutan elektabilitas versi Lembaga Survei KedaiKOPI adalah Basuki Tjahaja Purnama, Yusril Ihza, Adhyaksa Dault, Sandiaga Uno, Susi Pudjiastuti, Abraham Lunggana, Ahmad Dhani, Moeldoko, Teguh Santosa, M. Idrus, Djarot Syaiful Hidayat, Marco Kusumawijaya.
Sementara itu untuk permasalahan lain di Jakarta, 52,5% responden percaya bahwa masalah kemacetan di Jakarta dapat di atasi. Menurut responden program yang dapat berhasil dalam mengatasi kemacetan adalah perbaikan kualitas kendaraan umum (32,8%), penambahan ruas tol dalam kota (20%), penambahan jalur busway (7,8%), ERP (6,3%), aturan 4 in 1 (5,8%), MRT (5%), nopol ganjil genap (3,8%), larangan sepeda motor masuk jalur 3 in 1 (2,8%), LRT (1,3%) dan usulan lainnya (7,5%).
Moda transportasi yang paling dipilih masyarakat Jakarta saat tidak menggunakan kendaraan pribadi adalah busway (30,8%). Selanjutnya Bis umum/angkot (28,3%), ojek online (16%), KRL (5,3%), taksi online (5,3%), ojek pangkalan (4,3%), bajaj (3,3%), taksi (3,3%) dan sepeda (1%).
Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka di 40 kelurahan di 5 Kota di DKI Jakarta melibatkan 400 responden. Pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan metode sampel acak bertingkat. Margin of error survei ini sebesar +/- 4,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Hendri Satrio (@satriohendri)
Juru Bicara Lembaga Survei KedaiKOPI
@surveikedaiKOPI