Untuk mencegah meningkatnya angka golput, Jon A. Krosnick, professor ilmu psikologi politik di Ohio State University, dalam artikel yang dikutip dari ABC News mengatakan bahwa diperlukan seorang kandidat di kertas suara yang tidak disukai oleh Masyarakat. Berdasarkan studi beliau yang berfokus pada perilaku pemilih, Jon A. Krosnick memiliki kesimpulan bahwa masyarakat cenderung untuk memberikan suara bukan karena terdapatnya satu kandidat yang berkualitas, namun karena terdapat satu kandidat yang tidak disukai oleh masyarakat. Untuk mendorong masyarakat memberikan suara, setidaknya harus terdapat dua kandidat dimana satu kandidat adalah yang disukai masyarakat dan satu kandidat lainnya tidak disukai oleh masyarakat.
Bagaimana pendapat pemilih terhadap kandidat pemilu pada masa kampanye?
Masa kampanye tentu memiliki pengaruh terhadap kesan masyarakat kepada kandidat pemilu. Jon Krosnick mengatakan bahwa jika masyarakat memiliki kesan pertama untuk suka atau tidak suka pada satu kandidat, maka kesan tersebut akan tertanam di pikiran masyarakat dan sulit untuk diubah. Ini tentu bertolak belakang dengan strategi yang cenderung dilakukan oleh para kandidat dengan melakukan kampanye di akhir periode, tepat sebelum pemilu berlangsung, dengan ekspektasi bahwa masyarakat dapat melupakan apa yang telah tertanam di pikiran mereka sebelumnya. Jon Krosnick memiliki argumen bahwa jika kampanye dapat dilakukan di awal periode, ini dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku pemilih dibandingkan dengan melakukan kampanye di akhir periode.
Namun pada akhirnya, strategi kampanye yang memiliki pengaruh lebih besar adalah dengan dilancarkannya serangan menjatuhkan lawan. Jon Krosnick tidak dapat memungkiri bahwa strategi tersebut dapat dikatakan cukup jitu untuk memenangkan pemilu. Selain itu strategi menjatuhkan lawan dinilai lebih mudah untuk dilakukan dibandingkan strategi membangun citra yang baik pada seorang kandidat.