Survei KedaiKOPI: Kebijakan WFA Disetujui 83,8% Pemudik untuk Kelancaran Lebaran

Survei KedaiKOPI: Kebijakan WFA Disetujui 83,8% Pemudik untuk Kelancaran Lebaran

JAKARTA – Lembaga Survei KedaiKOPI baru saja merilis hasil Survei Persiapan Mudik 2025, yang dilakukan pada 5-13 Maret 2025 terhadap 1.130 responden di seluruh Indonesia dengan metode online-Computer Assisted Self Interview (CASI).

Hasil survei ini mengungkapkan bahwa 85% responden berencana untuk mudik pada Lebaran tahun ini.

Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI, Ibnu Dwi Cahyo, menyatakan bahwa temuan survei mencerminkan tingginya antusiasme masyarakat untuk kembali ke kampung halaman pasca-pandemi.

“Mudik Lebaran masih menjadi tradisi yang sangat kuat di Indonesia, terutama untuk menjaga hubungan keluarga. 74,3% pemudik menyatakan bahwa mereka rutin mudik setiap tahun, dengan motivasi utama adalah berkumpul bersama keluarga,” ujar Ibnu.

Dari pola arus mudik, survei memperkirakan puncak arus mudik terjadi pada H-7 Lebaran, sedangkan arus balik diprediksi memuncak pada H+7.

Sebagian besar pemudik memilih berangkat sebelum 7 April 2025—diperkirakan sebagai H-7 Lebaran—terutama mereka yang menggunakan transportasi umum seperti bus dan kereta api.

Dari segi moda transportasi, 54,5% pemudik memilih menggunakan kendaraan pribadi, dengan sepeda motor sebagai moda transportasi terbanyak (55,2%). Fleksibilitas dan efisiensi biaya menjadi alasan utama penggunaan kendaraan pribadi. Sementara itu, 47,7% pemudik menggunakan transportasi umum, dengan bus (57%) dan kereta api (44,1%) sebagai pilihan utama.

Bagi pemudik dari Jabodetabek, survei menunjukkan bahwa mayoritas akan menuju Yogyakarta, Surakarta, dan Bandung sebagai tujuan utama, baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.

Namun, menariknya, 4,4% pemudik justru menjadikan Jabodetabek sebagai tujuan, kemungkinan karena perpindahan tempat tinggal atau keluarga yang kini menetap di wilayah tersebut.

Terkait kesiapan tiket, 72,6% pengguna transportasi umum belum memiliki tiket mudik hingga 13 Maret 2025.

“Ini menunjukkan masih adanya ketidakpastian dalam perencanaan mudik bagi sebagian besar masyarakat. Loket PO Bus dan aplikasi KAI Access menjadi platform favorit untuk pembelian tiket, dengan tren pembelian yang meningkat menjelang Lebaran,” tambah Ibnu.

Kebijakan WFA

Survei juga menyoroti kebijakan Work From Anywhere (WFA) yang diumumkan Presiden Prabowo Subianto untuk mengurangi kepadatan arus mudik.

Sebanyak 75,7% responden mengetahui kebijakan ini, dan 83,8% di antaranya setuju bahwa WFA dapat membantu mengurangi kemacetan. Mayoritas responden menilai WFA bermanfaat untuk mendorong perekonomian di daerah tujuan mudik.

Selain itu, 9,2% pemudik telah mengamankan kuota mudik gratis dari pemerintah dan perusahaan swasta.

Namun, 61% pemudik akan menggunakan dana pribadi untuk perjalanan mudik, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih mengandalkan biaya sendiri tanpa bantuan subsidi.

Dengan tingginya angka pemudik tahun ini, Ibnu Dwi Cahyo menekankan pentingnya perencanaan matang, terutama dalam hal keamanan perjalanan, kesiapan infrastruktur, dan manajemen arus lalu lintas.

“Pemerintah perlu memastikan bahwa transportasi umum dan jalan raya dalam kondisi optimal agar dapat mengakomodasi pergerakan jutaan pemudik,” ujar Ibnu.

Menanggapi survei tersebut, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Kementerian Perhubungan Budi Rahardjo mengatakan, hasil survei KedaiKOPI memiliki persamaan dengan hasil riset yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub.

Salah satunya, ia membenarkan bahwa animo masyarakan untuk mudik saat Lebaran memang cukup besar pada tahun ini. Selain itu, ia menyoroti terkait kebijakan WFA yang ternyata diterima cukup baik oleh masyarakat.

“Ternyata sebagian besar masyarakat sudah memahami masalah kebijakan WFA ini, dan lebih dari itu mereka juga memahami mengapa kebijakan WFA ini dikeluarkan,” kata Budi.

Anggota Komisi V DPR RI Yanuar Arif Wibowo pun menyoroti bahwa dalam survei tersebut, tidak banyak masyarakat yang berminat mengikuti program mudik gratis dan memilih memakai kendaraan pribadi untuk melaksanakan mudik.

“Yang antusias mengikuti itu cuma 33%, jadi tidak semua orang Indonesia itu rupanya pengen gratis,” kata Yanuar.

Yanuar pun menyoroti harga tiket pesawat menjelang mudik yang tak kunjung turun hingga saat ini. Ia mengatakan, Kementerian Keuangan sudah mengucurkan dana kurang lebih sekitar Rp 286 miliar untuk diskon tiket pesawat sehingga masyarakat pun harus mendapatkan harga yang sebanding dengan diskon tersebut.

“Walaupun kemarin pemerintah sudah memberikan insentif untuk menurunkan harga. Ini sampai kemarin kami RDP ya, itu kita temukan bahwa harga tiket pesawat tidak berubah,” kata Yanuar.

Sementara itu, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengaku was-was dalam pelaksanaan mudik tahun ini. Beberapa hal yang ia soroti adalah musim hujan dan pemakai sepeda motor cukup tinggi tahun ini.

“Kenapa saya katakan begitu? Karena tadi, nanti pas lebaran itu BMKG bilang masih hujan, satu. Jadi cuaca, kalau tadi lihat data dari hasil survei kan juga sepeda motor lebih besar jumlahnya dari kendaraan roda empat,” kata Agus Pambagio.

Founder Lembaga Survei KedaiKOPI Hendri Satrio berharap, hasil survei ini bisa memberikan masukan baik kepada pemerintah mau pun masyarakat terkait dengan pelaksanaan mudik Lebaran 2025.

“Tujuannya survei ini tentu saja untuk memberikan masukan-masukan bagi pemerintah dalam melaksanakan kebijakan seputaran mudik dan kemudian mudah-mudahan ini juga bisa memberikan insight kepada warga masyarakat yang ingin melakukan mudik,” pungkas Hensa, sapaan akrabnya.

Hasil survei Persiapan Mudik 2025 dapat dilihat selengkapnya pada tauatn di bawah ini:

https://kedaikopi.co/flipbook/survei-persiapan-mudik-2025/

Facebook
WhatsApp
X
Telegram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *