Ngopi Bareng dari Sebrang Istana: Haruskah Negara Terus Berutang

Poster Ngopi NGUTANG edit 2 opt

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) akhir Agustus lalu merilis total utang pemerintah pusat mencapai Rp3.825,79 triliun. Angka ini naik Rp45 triliun dibandingkan posisi akhir Juli 2017.

Tambahan utang ini digunakan untuk kenaikan belanja produktif di bidang pendidikan, infrastruktur, kesehatan, transfer ke daerah dan dana desa, serta belanja sosial. Lainnya, beban utang ini juga adalah warisan masa lalu. Utang ini merupakan akumulasi sejak pemerintahan Orde Baru hingga sekarang. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani utang pemerintah selama ini lebih banyak digunakan untuk membayar atau mencicil utang di masa lalu, bukan untuk kegiatan produktif.

Akibat utang ini, pemerintah saat ini memang menarik utang untuk membayar bunga utang. Saat menjelaskan soal Rancangan APBN (RAPBN) 2017, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui utang itu telah membuat keuangan negara tidak sehat dan mengalami defisit keseimbangan primer senilai Rp 111,4 triliun. Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja negara tanpa pembayaran bunga utang. Bila keseimbangan primer ini defisit, itu berarti pemerintah menarik utang untuk membayar bunga utang.

Jumlah utang ini belakangan membuat Presiden Jokowi menuai kritik. Pemerintahannya dianggap menambah beban hutang terlalu banyak. Kritik ini misalnya, muncul dalam beberapa survei yang dilakukan KedaiKOPI ketika ditanya tentang hal yang membuat mereka tak puas pada pemerintahan saat ini.

Tapi pemerintah punya banyak alasan tentang utang ini. Selain akibat warisan masa lalu, beberapa hal tidak bisa ditunda pembiayaannya. Diantaranya; investasi terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak bisa menunggu karena indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia yang tertinggal. IPM Indonesia di bawah 70, sementara negara lain sudah di atas 73. Kedua, 10,7% masyarakat Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan dan membutuhkan intervensi pemerintah untuk memutus siklus kemiskinan tersebut.

Lainnya yang tertinggal adalah infrastruktur. Dibanding negara-negara yang infratrukturnya minim, Indonesia masih berada di bawah. Infrastruktur Indonesia dibanding negara-negara anggota G20 pun masih di level bawah.

        Nah, haruskah negara terus berhutang? Ngopi Bareng dari Sebrang Istana akan mengudang sejumlah narasumber untuk membahasnya.

 

Narasumber:

  • Ekonom Universitas Brawijaya, Prof. Candra Fajri Ananda, Ph.D
  • Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
  • Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Andi Nurpati
  • Wakil Sekretaris Jenderal PKB, Daniel Johan

Moderator

Hardy Hermawan (Jurnalis)

Dan akan diselanggarakan pada

Hari/Tanggal: Kamis, 23 November 2017

Waktu            : 12.00-15.00 WIB (dibuka dengan makan siang)

Tempat          : Restoran “Ajag Ijig” Jl. Ir. H. Juanda No. 14, Gambir, Jakarta

Ngopi Bareng dari Sebrang Istana “Mana lebih dulu: Daya Beli Masyarakat atau Infrastruktur?”

 WhatsApp Image 2017 11 13 at 17.35.22

 

KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) kembali menggelar dikusi publik, NGOPI BARENG SEBERANG ISTANA. Diskusi untuk membahas persoalan terkini. Di bulan November, diskusi membahas “Mana lebih dulu: Daya Beli Masyarakat atau Infrastruktur?”

Seperti yang ramai diberitakan, sejumlah perusahaan retail di Ibukota telah menutup beberapa gerainya. Bahkan, pamit untuk selamanya. Fenomena ini memunculkan wacana bahwa telah terjadi penurunan daya beli masyarakat. Kendati, Pemerintah pada sudut pandang berbeda karena pembangunan infrastruktur kian dipercepat.

Namun, sejumlah kalangan juga khawatir jika pembangunan infrastruktur ini tidak memberikan multiplier effect sesuai harapan? Jadi mana prioritas seharusnya, daya beli masyarakat atau infrastruktur?

Diskusi publik ini akan diadakan pada hari Rabu, 15 November 2017 pukul 12.00-15.00 (dibuka dengan makan siang) dan bertempat di Restoran “Ajag Ijig” Jl. Ir. H. Juanda No. 14, Gambir, Jakarta (https://goo.gl/maps/3fLrX1nocey).

Acara disuki publik (Ngopi Bareng dari Sebrang Istana ini menghadirkan beberapa narsumber yang ahli dalam bidangnya yaitu Ekonom & Menko Maritim 2015-2016, Rizal Ramli, ketua DPRRI 2015-2016 dari Partai Golkar, Ade Komarudin, Wakil Sekjen DPP PDIP, Erico Sutarduga, Sekjen DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, Wakil Ketua Umum Partai GERINDRA, Ferry Juliantono, Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagyo dan Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio

Moderator: Vivi Zabkie (Deputi Direktur Lembaga Survei KedaiKOPI)

Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Tifa (082210125516) atau Reza (0818414748).

 

 

KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) telah menggelar berabagi diskusi terkait dengan persoalan publik terkini sejak 2003. KedaiKOPI juga melakukan serangkaian riset dan survei.

Dorong Daya Beli, UMP Harusnya Naik 9,50 Persen

Jumlah kenaikan upah minimum provinsi dinilai masih belum cukup untuk mendongkrak daya beli masyarakat yang melemah. Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menjelaskan, dengan kenaikan upah sebesar 8,71 persen, upah riil hanya naik sebesar 5,00 persen.

Read more

BPS Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Sulit Mencapai 5,2 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun ini mencapai 5,06 persen. Padahal pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun ini harus mencapai 5,2 persen.

 

Read more

PELAMBATAN PERTUMBUHAN RETAIL FMCG INDONESIA

Tahun ini FMCG hingga September mengalami perlambatan pertumbuhan dimana growth hanya mencapai 2.7% sedangkan rata-rata pertumbuhan normal tahunan mencapai 11%.

Read more